Karakteristik Hutan Rakyat Jati dan Sengon serta Manfaat Ekonominya di Kabupaten Malang
Abstract
Penanaman pepopohan di lahan pertanian dalam sistem agroforestry dan hutan rakyat diharapkan mampu meningkatkan keberlanjutan lansekap yang dinilai dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Hal ini dipengaruhi oleh manajemen lahan yang menentukan proses pengambilan keputusan terkait sistem penggunaan lahan yang dipilih dan jenis tanaman yang akan ditanam. Keberadaan pohon dalam sistem hutan rakyat diharapkan mampu memperbaiki produktivitas lahan dan dapat memberikan pendapatan untuk perbaikan dalam aspek ekonomi. Penilaian manfaat ekonomi pohon dalam kurun waktu tertentu dapat dilakukan melalui analisis Net Present Value (NPV). Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi keuntungan yang diperoleh petani pada sistem hutan rakyat khususnya tanaman sengon dan jati dibandingkan dengan tanaman semusim (jagung dan bawang merah) serta menganalisis sistem mana yang lebih menguntungkan ditinjau dari aspek ekonomi dan ekologi.
Survey dilakukan dengan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan informasi terkait biaya produksi dan pendapatan dari petani yang benar-benar mengelola sistem hutan rakyat. Penelitian ini dilakukan pada di Kabupaten Malang yang merupakan sentra hutan rakyat di Jawa Timur. Populasi pohon rata-rata pada hutan rakyat adalah 1396 pohon ha-1. Hutan rakyat jati dan sengon, sekitar 77% didominasi oleh kayu sedang (BJ 0,6 – 0,75 g cm-3), dan 23% kayu ringan. Total cadangan karbon di Hutan rakyat jati cukup tinggi bila dibandingkan dengan hutan rakyat sengon. Secara ekonomi, hutan rakyat jati memiliki nilai NPV tertinggi yakni Rp. 643.514.720,-/ha/30 tahun, sedang hutan rakyat sengon sekitar 44% lebih rendah (Rp. 357.833.338,-/ha/30 tahun). Nilai NPV pada hutan rakyat lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman semusim sehingga hutan rakyat lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan tanaman semusim. Secara ekologi hutan rakyat mampu memperbaiki kondisi lahan dan kesuburan tanah secara perlahan melalui masukan seresahnya, serta dapat menekan limpasan permukaan karena tutupan kanopinya dan meningkatkan cadangan karbonKeywords
Full Text:
PDFReferences
Budidarsono, S. dan K. Wijaya. 2003. Praktek Konservasi dalam Budidaya Kopi Robusta dan Keuntungan Petani. World Agroforestry Centre - ICRAF SE Asia, Bogor.
Darusalam, S., Isfiati, S., Irawan, Muldalyanto, Rahardian, E., Mishayani. 2009. Potret Hutan Provinsi Jawa Timur. BPKH Wilayah Jawa-Madura. Balai Pemantaan Kawasan Hutan Wilayah XI, Yogyakarta.
Efansyah, M. N., Bintoro, M. H., Limbong, W. H. 2012. Prospek Usaha Bagi Hasil Penanaman Jati Unggul Nusantara (Studi Kasus Pada Koperasi Perumahan Wanabhakti Nusantara di Kabupaten Bogor). Jurnal Manajemen IKM, Februari 2012. p: 64-73.
Gitinger, J.P. 1982. Economic Analysis of Agricultural Projects. Second Edition. Baltimore, Johns Hopkin University Press.
Hairiah, K., Hamid, A., Widianto, Kurniawan, S., Wicaksono, K. S., Sari, R. R., Lestariningsih, I. D., Lestari, N. D. 2010. Potensi kawasan Tahura R.Soerjo sebagai penambat dan penyimpan karbon. Laporan akhir kerjasama penelitian antara Balitbang Provinsi Jatim dengan Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.
Hairiah, K., Suprayogo, D., Sudarto, Sari, R.R. 2012. Managemen Biodiversitas Agroforestri untuk Mempertahankan Kualitas Air Sungai di DAS Konto hilir. Laporan akhir penelitian hibah bersaing institusi (PHBI).
Juanda, H. S. 2007. Perancangan Arsitektur Srategik di Perusahaan Furnitur Panel Wood PT. Cahaya Sakti Furintraco, Program Magister Bisnis. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Lal, R. 2008. Carbon sequestration. Philosophical transaction of the royal society biological sciences. Phil. Trans. R. Soc. B 2008 363, 815-830.
PEACE. 2007. Indonesia and Climate Change: Current Status and Policies, 1–90. https://doi.org/10.1037/e530172011-002.
Rahardja, P, dan Manurung, M. 2008. Teori Ekonomi Makro. Edisi. Keempat. Lembaga Penerbit FE UI.
Rachmi, A. 2006. Analisis Perbandingan Nilai Produksi Hutan Rakyat Sengon Model Tumpang Sari dengan Tanaman Pertanian di Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial Vol. 2, No.1. p: 41-45.
Sari, R. R., dan Hairiah, K. 2012a. Komposisi Ukuran Pohon Dan Cadangan Karbon Pada Sistem Agroforestri Di Daerah Pegunungan. Prosiding Seminar Nasional Agroforestri III, p: 110-114
Sari, R. R., Hairiah, K., Setyorini, Y., Said, A. P., Widianto, Hamid, A. 2012b. Pendugaan Cadangan Karbon Hutan Rakyat di Daerah Vulkanik dan Berkapur. Prosiding Seminar Nasional dan Ekspo HITI.
Vosti, S.A., Witcover, J., Gockowski, J., Tomich, T.P., Carpentier, C.L., Faminow, M., Oliveira, S., and C. Diaw. 2000. Working Group on Economic and Social Indicators – Report on Methods for the ASN Best-Bet Matrix.
White, D., and Minang, P. 2011. Estimating the opportunity costs of REDD+: A training manual, version 1.3. Washington, DC: World Bank Institute.
World Agroforestry Centre. 2010. Software/program REDD ABACUS SP. http://worldagroforestrycentre.org. Diakses tanggal 20 September 2012.
DOI: https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2018.002.02.6
Refbacks
- There are currently no refbacks.