Analisis Struktur Biaya Produksi dan Kesenjangan Pendapatan Petani Akibat Fluktuasi Harga Minyak Nilam

Ellyta Effendy, Muhammad Yusuf N, Romano Romano, Safrida Safrida

Abstract


Nilam Aceh memiliki kadar minyak atsiri lebih tinggi dari jenis nilam lainnya, namun produksi dan produktivitas nilam semakin menurun akibat fluktuasi harga minyak nilam dan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Penelitian bertujuan untuk menganalisis struktur biaya produksi dan kesenjangan pendapatan petani akibat fluktuasi harga minyak nilam. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan explanatory research. Lokasi penelitian di Propinsi Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur biaya produksi nilam ditingkat petani terdiri dari biaya usahatani nilam dan penyulingan minyak nilam. Kualitas minyak tidak terstandarisasi yang menyebabkan terjadinya fluktuasi harga minyak nilam. Penerimaan petani nilam Aceh berkisar Rp. 60.200.000 per hektar dengan rata-rata produksi daun basah sebanyak 297 kg, daun nilam kering sebanyak 74,25 kg, dan  harga  minyak  nilam  berkisar  Rp 430.000/kg.  Rata-rata biaya produksi sebesar Rp. 6.822.250 dan pendapatan petani sebesar Rp. 53.377.750 per hektar. Penurunan harga minyak nilam sebesar 58,14% menyebabkan penurunan pendapatan petani sebesar 65,57%. Kesenjangan pendapatan petani berimplikasi pada pola produksi dan produktivitas nilam Aceh.


Keywords


struktur biaya produksi, pendapatan, harga, nilam, minyak nilam

Full Text:

PDF

References


Amalia. 2011. Karakteristik Tanaman Nilam Di Indonesia. Bunga Rampai Nilam (Pogostemon cablin Benth). Status Teknologi Hasil Penelitian Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Kementerian Pertanian. Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Ekspor. Buku I. Badan Pusat Statistik Jakarta. 19 hal.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Aceh Dalam Angka 2010. BPS. Provinsi Aceh.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Barat, 2017. Laporan Tahunan. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Barat. Meulaboh.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017.

Djiwanti, S.R., and Y. Momota, 1991. Parasitic nematodes associated with patchouli diseases in West Java. Industrial Crop research Journal. 3(2): 31-34.

Gustiyana. 2003. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. 206 p.

Hadipoetyanti, E dan Sukamto. 2006. Prospek Pengembangan Beberapa Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Baru dan Potensi Pasar. Program Aromatik. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Kementerian Pertanian. Bogor.

Hobir dan Sofyan, R., 2002. Diversifikasi ragam dan peningkatan mutu minyak atsiri. Makalah pada ”Workshop Nasional Minyak Atsiri” di Cipayung. Dep. Perindustrian dan Perdagangan. 22h.

Ilham. 2013. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Bawang Goreng pada UMKM Usaha Bersama di Desa Bolupountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. e-J. Agrotekbis 1(3): 301-306.

Kemala, S., C. Indrawanto dan L. Mauludi, 1999. Peluang pasar dan potensi pengembangan minyak atsiri Indonesia. Edsus. Littro. 1(1): 5-10.

Kiyohara, H., Ichino, C., Kawamura, Y., Nagai, T., Sato, N., dan Yamada, H., 2012, , J. Nat. Med. 66(1): 55-61.

Lutony, TL dan Rahmayati, Y. 2002. Minyak Atsiri. Penebar Swadaya. Jakarta.

Manurung TR. 2002. Peluang dan Hambatan Dalam Peningkatan Ekspor MInyak Atsiri. Workshop Nasional Minyak Atsiri. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah. P. 1-7.

Mubyarto. 1994. Pengantar ekonomi pertanian. Edisi Ketiga. LP3ES, Jakarta.

Mulyodihardjo S. 1990. Program pengembangan penanaman atsiri di Sumatera. Prosiding Komunikasi Ilmiah Pengembangan Atsiri di Sumatera – Balittro.

Mustika, I dan Y. Nuryani. 2006. Strategi Pengendalian Nematode Parasit Pada Tanaman Nilam. Jurnal Litbang Pertanian 25(1): 7 – 15.

Nuryani, Y. 2006. Karakterisasi Empat Aksesi Nilam. Buletin Plasma Nutfah.12(2): 45 – 49.

Rosman, R. 2012. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Status Teknologi Hasil Penelitian Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.

Rusli, S dan Hobir. 1990. Hasil penelitian dan pengembangan tanaman minyak atsiri. Simposium I. Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Puslitbang Tanaman Industri – Bogor.

Sari dan Hartono. 2010. Analisis Dinamika Ekspor Minyak Nilam Indonesia ke Amerika Serikat. Jurnal Agro Ekonomi. 17(1): 19-28

Setiawan dan Rosman, R. 2013. Balittro. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 19(3). Desember 2013.

Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.

Sitepu, D an a. Asman. 1991. Laporan observasi penyakit nilam di Sumatera Barat. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.

Sudarman. 2001. Teori ekonomi mikro I. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta.

Sugiarto dan Sulisttyo E., 2010, Ampas Penyulingan Nilam Sebagai Bahan Bakar. Alternatif Pada Proses Produksi Minyak Nilam, Jurnal Rekayasa Mesin. 1(2): 27-34.

Sumangat, D., Risfaheri, 1998. Standar dan Masalah Mutu Minyak Nilam Indonesia. Monograf Nilam 5: 108 – 115.

Supriadi, Karden Mulya dan Djiman Sitepu, 2000. Strategy for controlling wilt diseases of ginger caused by Pseudomonas solanacearum. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19 (3) : 106-111.

Tjakrawiralaksana, A. (1983). Usahatani. Bogor: Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Tuti Tutuarima, Hari Soesanto, Meika S Rusli, Erliza Noor, 2008, Perbaikan Disain Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi. Prosiding Konferensi Nasional Minyak Atsiri. Surabaya.

Unteawati B., Noer I., dan Rofiq M. 2012. Analisis Finansial Usaha Minyak Nilam. Jurnal Ilmiah ESAI. 6 (3) : 46-54.

Yuhono, JT. (2014). Strategi Peningkatan Rendemen dan Mutu Minyak Dalam Agribisnis Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.




DOI: https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2019.003.02.12

Refbacks

  • There are currently no refbacks.